Search This Blog

PPG Prajabatan Teknologi Baru dalam Pengajaran dan Pembelajaran Topik 4 Ruang Kolaborasi - Pemanfaatan Perangkat Digital

 Saudara mahasiswa yang berbahagia, pemanfaatan perangkat digital tidak dapat dilepaskan dengan pilihan strategi, aplikasi dan kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran. Nah untuk menguatkan pemahaman materi yang telah dipelajari, dalam kelompok 3 -  orang, pelajari enam pelajaran penting yang dirumuskan oleh Robyler (2016) berikut ini.

Perkembangan berbagai teknologi digital telah membentuk sejarah teknologi pendidikan selama ini. Namun demikian, mengetahui sejarah pendidikan teknologi hanya akan bermanfaat ketika kita mampu menerapkan apa yang kita tahu di masa lalu untuk keputusan dan tindakan di masa depan. Apa saja yang dapat kita pelajari dari periode lebih dari 70 tahun penerapan teknologi pembelajaran? Berikut ini enam pelajaran penting untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran dan pengajaran (Roblyer, 2016).

 1. Tidak ada teknologi yang dapat menjadi obat manjur untuk mengatasi pendidikan

Perkembangan teknologi baru, khususnya teknologi digital, telah mengubah begitu banyak hal. Sekolah-sekolah yang semula mengalami kekurangan sumber daya teknologi seperti komputer, saat ini bisa menerapkan pendekatan BYOD (Bring Your Own Devices). Para siswa membawa gawai sendiri-sendiri. Fitur telepon genggam semakin kompleks, dan mampu menjalankan fungsi-fungsi yang bisa mendukung pembelajaran. Di samping itu, sumber belajar yang otentik menjadi semakin mudah diperoleh dari YouTube dan dari berbagai sumber lain. Namun, apakah fasilitas teknologi digital bisa menjadi solusi cepat atas berbagai masalah pendidikan? Jawabannya tidak. Pendidikan adalah wilayah kerja yang sangat kompleks, yang tidak bisa dipecahkan dengan kemudahan berbagai teknologi.

 2. Para guru pada umumnya tidak mengembangkan materi dan kurikulum

Para pengembang teknologi berimajinasi bahwa berkembangnya PC (komputer pribadi) memberikan kesempatan bagi para guru untuk menulis dan menghasilkan materi pembelajaran yang khas untuk kelas-kelas mereka. Namun, hal ini tidak akan pernah terjadi. Mengajar adalah salah satu pekerjaan yang menghabiskan terlalu banyak waktu administratif. Tidak ada kesempatan bagi guru untuk berpikir kreatif, dan menuangkan gagasannya dalam tulisan, dan mempublikasikannya. Pada prakteknya sampai hari ini (dan akan tetap berlangsung di masa-masa mendatang), tim pengembang materi, dan penulis buku teks, masih akan tetap memainkan peran penting untuk membantu para guru dengan buku-buku teks yang mereka hasilkan.

 3. “Yang secara teknis dimungkinkan” tidak berarti “baik, layak dan harus dilakukan”

Teknologi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, dia akan memberi manfaat bagi penggunanya. Di sisi lain, dia juga akan menghadirkan ancaman yang merusak. Dengan semakin maraknya pemanfaatan telpon genggam, informasi semakin mudah untuk diperoleh. Namun kebanjiran informasi justru membuat keadaan lebih ruwet. Acapkali, informasi satu berlawanan dengan informasi yang lain. Kebenaran menjadi semakin sulit untuk ditemukan. Yang menjadi kebutuhan mendesak adalah bagaimana kita mampu membekali kita sendiri dan para siswa untuk terbiasa menyaring informasi yang penting dan relevan. Jumlah informasi penting dan relevan biasanya tidak banyak. Untuk itu kita belajar untuk mengabaikan informasi-informasi lain yang tidak penting. Kita harus menjadi konsumen informasi yang kritis,

 4. Teknologi selalu berkembang lebih cepat sehingga para guru akan selalu ketinggalan

Sejarah dalam bidang teknologi untuk pendidikan mencatat bahwa teknologi akan dengan cepat berubah. Hal ini memberikan tekanan khusus kepada para guru yang sudah dibebani dengan tugas-tugas mengajar dan administrasi. Tidak ada lagi era di mana para guru bisa menggantungkan diri pada sumber-sumber belajar yang ada, seperti bahan bacaan, soal-soal latihan, catatan-catatan pelajaran di tahun sebelumnya. Para pendidik bisa jadi tidak akan mampu memperkirakan masa depan teknologi pendidikan, namun mereka tahu bahwa itu akan berbeda dengan saat ini. Yang mereka harus antisipasi adalah keharusan untuk berubah, dan kesediaan untuk belajar terus-menerus.

 5. Sejumlah teknologi di masa lalu bisa saja masih relevan

Teknologi di dalam pendidikan sangat dipengaruhi oleh trend. Tidak pernah ada upaya sungguh-sungguh untuk melakukan penelitian terkait apa yang benar-benar dibutuhkan dan berjalan dengan optimal bagi pembelajaran. Oleh karenanya, para pengembang pun bisa mengajukan berbagai hal baru. Ketika suatu teknologi tampak gagal, para pendidik pun segera beralih ke trend baru. Pendekatan semacam ini tentu saja bukan cara paling tepat untuk memecahkan persoalan. Ini hanya sekedar mengalihkan upaya dari usaha keras untuk mencari solusi yang baik. Yang lebih buruk, para guru kadang menolak metode yang potensial karena mereka kadang memiliki harapan-harapan yang tidak realistis. Guru yang baik adalah mereka yang bertindak penuh kehati-hatian dan sekaligus bersikap kritis terhadap inovasi. Mereka mempelajari apa yang telah berhasil di masa-masa sebelumnya, dan menimbang sejauh mana teknologi baru memiliki relevansi. Praktik-praktik pendidikan cenderung bersifat siklis, dan metode-metode “baru” sebenarnya tidak lebih dari metode lama yang dibungkus dengan kemasan baru. Dengan kata lain, para guru harus memiliki cukup pemahaman dan sekaligus kritis sebagaimana mereka mengharapkan para siswanya untuk berkembang ke arah tersebut.

 6. Para guru tetap selalu jauh lebih penting daripada teknologi

Para pengembang sistem komputer untuk pengajaran pada tahun 1960-an membayangkan akan mampu menggantikan guru dengan teknologi. Bahkan para pegiat pendidikan jarak jauh (PJJ) di hari ini pun memiliki angan-angan yang sama. Namun demikian, sosok para guru yang baik tetap sama sekali tidak akan tergantikan. Salah satu alasan mengapa teknologi tidak akan menggantikan para guru telah diprediksi oleh Naisbitt (1984) dalam bukunya MegaTrends: “whenever new technology is introduced into society, there must be a counterbalancing human response . . . the more high tech [it is], the more high touch [is needed]” (p. 35). “ketika suatu teknologi dikenalkan di masyarakat, harus ada tanggapan manusiawi yang menyeimbangkan ... semakin tinggi teknologinya, semakin tinggi pula sentuhan manusia yang dibutuhkan.” Kita membutuhkan lebih banyak guru yang memahami peran yang dimainkan oleh teknologi di masyarakat dan dalam pendidikan. Masyarakatlah yang mesti disiapkan untuk menggunakan manfaat dari berbagai potensi teknologi. Masyarakat pulalah yang akan mengenali berbagai keterbatasan dari teknologi tersebut. Di dalam masyarakat yang semakin tinggi teknologinya, kita membutuhkan para guru yang memiliki dua kemampuan: (a) pemanfaatan teknologi, dan (b) sentuhan manusiawi kepada para siswa.

*) Anda disarankan untuk mengirimkan file tugas dengan format PDF.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "PPG Prajabatan Teknologi Baru dalam Pengajaran dan Pembelajaran Topik 4 Ruang Kolaborasi - Pemanfaatan Perangkat Digital"

Post a Comment