Beberapa hari yang lalu, pendaftaran untuk Sekolah Rakyat resmi dibuka. Sebagai lulusan PPG Prajabatan dan peserta seleksi PPPK tahap 2, aku sebenarnya memenuhi syarat untuk mendaftar. Tapi, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan itu.
Alasanku sederhana: aku ingin orang lain mendapat kesempatan.
Di seleksi PPPK tahap 2 kemarin, aku memilih DIK Kalimantan Timur. Alasannya cukup logis—formasi di sana lebih banyak dibanding jumlah pelamarnya, jadi secara hitung-hitungan peluangku cukup besar untuk lolos. Dengan rasa optimis itu, aku akhirnya memutuskan untuk tidak mendaftar Sekolah Rakyat.
Bukan karena aku tak tertarik. Tapi karena aku sadar, ada teman-teman PPG Prajabatan lain yang mungkin lebih membutuhkan. Mereka yang formasinya nol, yang tidak masuk perengkingan, atau yang nilai ujiannya belum cukup tinggi. Aku tahu betul, bagaimana rasanya berjuang tapi tetap belum mendapat tempat. Maka, kali ini aku ingin berbagi ruang.
Keputusan ini bukan tanpa pergolakan. Sebelumnya aku termasuk orang yang sangat oportunis, bahkan bisa dibilang rakus dalam hal peluang. Aku selalu ingin ambil semua yang bisa diambil. Tapi tidak kali ini.
Mungkin ini tanda bahwa aku sedang tumbuh. Menjadi pribadi yang tahu rasa cukup, yang tidak melulu soal "aku", tapi juga soal "kita". Bahwa dalam hidup, ada saatnya kita berjuang mati-matian, dan ada saatnya kita mundur selangkah agar orang lain bisa maju. Dan ketika aku memilih untuk memberi kesempatan, ternyata ada rasa lega yang berbeda. Rasa yang lebih utuh.
Aku hanya berharap, keputusan ini adalah keputusan yang tepat. Dan jika memang aku diberi rezeki untuk lolos PPPK, semoga langkahku bisa menjadi berkah—bukan hanya untuk diriku, tapi juga untuk teman-teman seperjuangan.
Terakhir, tentang Sekolah Rakyat. Dengan segala pro dan kontranya, aku tetap berharap inisiatif ini membawa dampak yang nyata—khususnya untuk masyarakat miskin ekstrem. Pendidikan bukan hanya tentang ruang kelas, tapi tentang harapan yang hidup. Dan jika satu langkah kecil bisa menghidupkan harapan itu, aku senang menjadi bagian dari ekosistem yang percaya pada perubahan.
Hari ini aku belajar tentang rasa cukup. Dan ternyata, itu lebih membebaskan daripada yang pernah aku bayangkan.
Belum ada tanggapan untuk "Saat Aku Memilih untuk Memberi Kesempatan: Tentang PPPK, Sekolah Rakyat, dan Rasa Cukup"
Post a Comment