Otak Kiri VS Otak Kanan
Cerpen Matematika | Cerita Indahnya Belajar Matematika
Di malam yang dingin dan gelap Bryan tengah berkencan dengan buku kumpulan soal matematika SMA favoritnya. Tanpa memperdulikan waktu ia melahap satu demi satu soal-soal di buku itu dan tidak satupun soal yang sukar untuk diselesaikan, baginya itu semua adalah hiburan ditengah kebosanan dan kesendirian di kos-kosannya yang sedang dilanda hujan rintik-rintik tiada henti. Tidak terasa waktu telah menunjukkan tengah malam, kopi di meja belajarnya juga sudah habis disruput setengah jam yang lalu, sehingga ia memutuskan untuk tidur agar besok dapat berangkat ke sekolah tepat waktu.
Pagi itu adalah pekan akhir semester di SMA Yume, tepatnya sepekan sebelum ujian dimulai, sehingga siswa harus mengumpulkan semua tugas sekolah sebelum ujian semester dimulai. Jika ada satu saja tugas yang belum sempat dikumpulkan sebelum ujian dimulai, siswa yang bersangkutan tidak boleh mengikuti ujian semester, otomatis siswa tersebut tidak akan naik kelas. Selayaknya siswa SMA Yume pada umumnya, Bryan tengah sibuk menyelesaikan tanggungan tugas sebelum ujian semester dimulai. Seperti biasa, ia menyelesaikan tugas yang ia suka dan ia anggap mudah terlebih dahulu yaitu tugas matematika.
Namun keadaanya berbeda, tugas yang ia miliki sekarang hanya tersisa tugas Bahasa Indonesia yaitu menulis cerpen dan puisi. Bryan sangat lemah dalam pelajaran bahasa Indonesia. Bryan pun mulai gundah, yang ditandai dengan meningkatnya intensitas penggunaan HP, padahal hanya untuk melihat dan menggeser-menggser beranda akun instagram miliknya tanpa tujuan yang jelas. Selain itu ia jadi sering terlihat murung dan kebingunan bahkan ia sering lupa menaruh sesuatu. Sehingga waktu yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan tugas sebagai syarat untuk mengikuti ujian semseter terbuang percuma hanya untuk mencari kembali barang-barang yang yang telah lupa ia taruh.
Sebenarnya ia sangat ingin segera menyelesaikan tugas Bahasa Indonesianya, namun ia tidak tahu harus mulai dari mana. Pada kenyataannya Bryan adalah seorang pendiam dan kurang pergaulan, hal ini dikarenakan hobinya yaitu mengerjakan sola matematika menuntutnya untuk menjadi demikian. Untuk menyelesaikan soal matematika diperlukan rumus dan perhitungan yang tepat, sehingga tidak jarang ia mengabiskan waktu berjam-jam bahkan seharian untuk melakukan hobinya. Maka dari itu tidak heran jika ia menjadi siswa pendiam dan kurang pergaulan, hal ini berarti intensitas Bryan berinteraksi dengan orang lain sangat sedikit bahkan tidak sama sekali. Semua itu berimbas pada kemampuan linguistiknya baik lisan maupun tulisan.
Bryan merasa sangat kesulitan untuk menuliskan suatu kata, hal ini mungkin dikarenakan otaknya yang tidak terbiasa menterjemahkan gagasan dalam bentuk paragraf, ia terbiasa menterjemahkannya dalam bentuk rumus-rumus dan perhitungan matematik. Mungkin otak kirinya lebih dominan dari pada otak kanan, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memproses informasi menggunakan otak kiri. Otak kanannya jika dianalogikan seperti pisau yang tidak pernah diasah sehingga ketika digunakan terasa sangat tumpul.
Ditengah kegundahannya untuk menulis cerpen dan puisi, Bryan sangat ingin mendaftarkan diri di olimpiade matematika tahun ini, untuk mewakili sekolahnya. Namun itu bukan hal yang mudah, karena tingkat kesulitan soal olimpiade matematika berbeda dengan soal matematika sekolah. Jika ia bersikukuh ikut olimpiade berarti, Bryan harus membagi waktu antara belajar untuk olimpiade, belajar untuk ujian semester, dan menulis cerpen beserta puisi, itu adalah pilihan yang sulit. Kemungkinan ini terjadi dikarenakan waktu penyelenggaraan olimpiade berdekatan dengan ujian semseter, maka dari itu ia harus mempersiapkannya sejak dini.
Dengan berat hati Bryan memilih untuk mmenulis cerpen dan puisi dan mengurungkan niatnya untuk mengikuti olimpiade tahun ini. Meskipun olimpiade kali ini merupakan impian besar baginya, gagal adalah kemenangan yang tertunda, pikirnya. Bryan telah memilih keputusan yang tepat, sebenaranya olimpiade matematika diadakan setahun sekali, jadi masih ada kesempatan sekali lagi di tahun depan.
Setelah membuat salah satu keputusan berat dalam hidupnya, Bryan kembali fokus kepada cerpen dan puisinya. Namun tetap saja ia belum dapat menuliskan sepatah katapun di kertas yang ada dihadapannya. Sudah beberapa jam ia duduk termenung diatas karpet malam itu, mencari ide dan solusi permasalahannya. Setelah berdoa dan bermunajat kepada Allah, akhirnya ia menemukan suatu ide cemerlang yaitu meminta bantuan kepada Ojan teman semasa SMPnya dulu.
Ojan adalah teman semasa SMP Bryan, mereka dipertemukan di perlombaan olimpiade matematika ketika ia masih duduk di bangku SMP. Karena saking seringnya bertemu di perlombaan, akhirnya mereka menjadi teman akrab yang sering belajar bersama.
Cerpen Matematika | Cerita Indahnya Belajar Matematika
Tidak jarang mereka menceritakan hobinya masing-masing. Ojan memiliki dua hobi yaitu mengerjakan soal matematika dan membaca buku, ia sangat suka membaca novel. Ojan memiliki beberapa hal yang tidak dimiliki Bryan. Ia memiliki banyak teman dan suka bergaul disamping hobinya mengerjakan soal matematika. Ojan sangat pandai dalam beretorika dan memiliki banyak kosa kata, hal ini bisa terjadi karena ia sangat pandai dalam membagi waktu antara belajar dan bergaul. Mungkin otak kanan dan otak kirinya sangat seimbang. Karena itulah Bryan memilih Ojan untuk menajarinya untuk menulis cerpen dan puisi.
Keesokan harinya, Bryan menemui Ojan dan meminta bantuan kepadanya, dan Ojan pun bersedia dengan senang hati. Ojan menyarankan Bryan untuk fokus menambah kosa kata terlebih dahulu sebelum menulis, ia bersedia meminjamkan koleksi novelnya kepada Bryan. Bryan menuruti saran yang diberikan Ojan, ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca novel dari pada mengerjakan soal matematika, bahkan seluruh waktu yang ia punya.
Malam harinya, Ojan menanyakan mengenai sudah sejauh mana Bryan membaca. Tidak disangka-sangka, hanya dalam sehari ia mampu melahap dua novel sekaligus. Ia membuat pencapaian baru dalam hidupnya. Bryan merasa ada yang berbeda dengan dirinya, sepertinya ia akan memiliki hobi tambahan yaitu membaca novel.
Bryan sudah tidak kesulitan lagi untuk menuangkan gagasan dan ide-idenya dalam tulisan. Dengan membaca dua novel saja ia telah menambah banyak kosa kata sehingga dapat menyelesaikan cerpen dalam malam itu juga, ditemani kopi kesukaannya. Sekarang giliran tugas Ojan sebagai penyunting sang penulis pemula. Dengan senaang hati Ojan membantu sahabatnya, dan dengan senang hati pula Bryan merevisi beberapa paragraf di cerpennya.
Setelah cerpen selesai, Ojan menyarankan Bryan untuk membaca puisi karya Chairil Anwar dan Buya Hamka sebelum mulai menulis puisi. Karena Ojan tidak memiliki buku antologi puisi, Bryan memilih berselancar di internet dari pada membeli buku antologi puisi untuk mencari puisi karya Chairil Anwar dan Buya Hamka dengan alasan menghemat biaya. Menulis puisi membutuhkan imajinasi yang lebih ekstrim jika dibandingkan dengan menulis cerpen, sehingga otak kanan Bryan yang baru saja diasah merasa kesulitan. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan majas dan sajak dalam puisi, sehingga ia tidak dapat sembarang memilih kata dalam puisinya.
Lain halnya dengan cerpen yang dapat selesai dalam semalam, puisi memerlukan waktu seharian untuk dirampungkan. Berkat usaha yang keras dan doa yang tekun, rampung sudah puisi karya Bryan. Namun tidak sejalan dengan cerpen, Ojan tidak bersedia menyunting puisi tersebut. Karena menurut Ojan puisi adalah hal yang intim dan rumit, pembaca belum tentu dapat memahami puisi yang ia baca. Ojan berpikir, dari pada ia menyunting kemudian merubah makna sebenarnya, lebih baik ia membiarkan begitu saja, selayaknya karya asli sang penulis pemula Bryan.
Akhirnya Bryan dapat menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia tepat waktu dan mendapatkan nilai yang baik dalam ujian semester. Hidup memang butuh pengorbanan demi mencapai suatu pencapaian. Sahabat sejati adalah ia yang ada disaat kita terpuruk bukan malah meninggalkan. Berusaha dan berdoalah, insyaallah hasil akan mengikutinya. Matematika adalah bahasa yang terstruktur sehingga tidak heran jika ada orang yang jago di dua bidang tersebut.
Cerpen Matematika | Cerita Indahnya Belajar Matematika
Belum ada tanggapan untuk "Cerpen Matematika | Cerita Indahnya Belajar Matematika"
Post a Comment