Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Menggunakan NEA
Kesulitan Belajar Matematika Siswa SMA
Oleh
Bagus Wahyu Purnomo
S1 Pendidikan Matematika 2018
180111002
STKIP Al Hikmah Surabaya
2019
Pendahuluan
Dalam manjalani hidup pasti ada cobaan, begitu juga dengan belajar. Tidak jarang siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal matematika, siswa yang merasa mudah dalam mengerjakan soal juga belum tentu benar jawabannya. Maka dari itu diperlukan diagonosis kesuitan belajar matematika. Hal ini akan sangat berguna bagi siswa dan guru, karena dapat mengetahui letak kesulitan siswa dalam memahami suatu materi, sehingga guru dapat mengevaluasi cara mengajarnya.
Seperti halnya dokter dalam mendiagnosis penyakit pasiennya, guru harus mengikuti prosedur dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswanya. Prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar ada lima yaitu identifikasi kasus, identifikasi masalah, identifikasi faktor penyebab kesulitan, prognosis, rekomendasi/refferal. Dengan mengikuti prosedur yang ada diharapkan meperoleh hasil yang maksimal.
Langkah pertama adalah identifikasi kasus, yaitu menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Guru dapat mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan mengamati tingkah laku sehari-harinya. Ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu :
1. Siswa memperoleh nilai dibawah rata-rata kelompok atau kelas.
2. Hasil tidak seimbang dengan usaha, sebenarnya usaha siswa tidak pantas diragukan lagi, namun apa daya nilai yang didapat tidak semanis yang diharapkan.
3. Lambat dalam menyelesaikan tugas, bahkan cenderung telat.
4. Berperilaku tidak terpuji, seperti acuh tak acuh, gaduh, dusta, dst.
5. Sering menyendiri
6. Emosi kurang stabil
Langkah kedua adalah identifikasi masalah, yaitu menandai dan memetakan letak kesulitan belajar siswa. Ada beberapa pilihan metode untuk mengidentifikasi masalah yaitu : pendekatan profil materi, pendekatan prasyarat pengetahuan dan kemampuan, pendekatan pencapaian kompetensi dasar dan indikator, pendekatan kesalahan konsep, pendekatan pengetahuan terstruktur, metode objek matematika, dan NEA. Salah satu prosedur yang sering digunakan untuk mengidentifikasi masalah adalah Analisis Kesalahan Teori Newman atau yang biasa disebut dengan Newman’s Error Analisis (NEA). Prosedur Newman biasanya digunakan untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal matematika khususnya soal bentuk uraian. Prosedur Newman terdiri dari lima aspek yaitu membaca, memahami, transformasi, keterampilan proses, dan penarikan kesimpulan.
Aspek membaca merupakan level terendah dalam prosedur Newman. Sesuai dengan namanya, yang diperhatikan pada level ini adalah siswa dapat membaca soal dengan benar. Indikatornya antara lain : pemenggalan kalimat, pemahaman simbol, ketelitian membaca, memahami kata, memahami klausa.
Aspek memahami merupakan level kedua dalam prosedur Newman. Sesuai dengan namanya, yang diperhatikan pada level ini adalah siswa dapat memahami soal dengan benar. Tentunya kedudukan level dua lebih tinggi dari pada level pertama dikarenakan level pertama hanya sebatas memahami kata dan bacaan sedangkan level kedua, sudah sampai memahami maksud atau keinginan dari soal. Indikator jika siswa dapat memahami soal khususnya soal cerita adalah dengan menulis diket dan ditanya.
Aspek transformasi merupakan level ketiga dalam prosedur Newman. Sesuai dengan namanya, yang diperhatikan pada level ini adalah siswa dapat mentransformasikan maksud dari soal ke rumus atau formula yang benar. Sehingga arah pengerjaan soal sudah pasti benar. indikatornya adalah siswa dapat menentukan kalimat matematika, rumus atau langkah-langkah untuk menjawab soal.
Aspek keterampilan proses merupakan level keempat dalam prosedur Newman. Sesuai dengan namanya, yang diperhatikan pada level ini adalah siswa dapat memproses atau menyelesaikan perhitungan soal dengan benar. Perhitungan dalam matematika meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, komposisi, limit, integral, turunan, faktorisasi, modulo, dst.
Aspek penarikan kesimpulan merupakan level kelima dalam prosedur Newman. Sesuai dengan namanya, yang diperhatikan pada level ini adalah siswa dapat menarik kesimpulan dengan benar. Karena terkadang siswa dapat menyelesaikan soal dengan benar namun kurang tepat dalam mengambil kesimpulan.
Langkah ketiga adalah identifikasi faktor penyebab kesulitan yaitu menemukan jenis dan karakteristik kesulitan dengan faktor penyebabnya. Sedangkan faktor penyebab kesulitan belajar dibagi menjadi faktor dari dalam diri diri siwa dan faktor dari luar diri siswa. Faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain :
1. Kelemahan secara fisik, yaitu panca indera, syaraf, cacat karena sakit, dan sebagainya
2. Kelemahan secara mental yang sukar diatasi seperti inteligensi dan bakat
3. Kelemahan emosional
4. Kelemahan yang disebabkan oleh sikap dan kebiasaan yang salah.
5. Tidak memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk
memahami materi pelajaran lebih lanjut
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1994 : 228 – 235) penyebab kesulitan belajar intern antara lain:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan belajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa.
Faktor- faktor yang terletak di luar diri siswa :
1. Kurikulum yang seragam dan kurang fleksibel
2. Standart sistem pengajaran, penilaian yang tidak sesuai
3. Terlalu berat beban belajar ( siswa ) atau mengajar ( guru )
4. Terlalu besar populasi siswa dalam kelas
5. Terlalu sering pindah sekolah atau program
6. Situasi di dalam kelas tidak mendukung siswa untuk aktif dalam pelajaran
7. Metode mengajar yang tidak menarik
8. Kurangnya fasilitas
9. Situasi rumah yang tidak mendukung untuk belajar
Sedangkan faktor ektern menurut Dimyati dan Mudjiono (1994)
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah.
Disisi lain menurut Brueckner dan Bond, Cooney, Davis dan Handerson (1975) sumber kesulitan ada lima faktor, yaitu :
1. Faktor fisiologis, seperti gangguan syaraf yang berdampak pada kesulitan belajar
2. Faktor sosial, mencakup kepedulian orangtua, permasalahan ekonomi, permasalahan di luar maupun di dalam kelas
3. Faktor emosional, berupa pikiran yang tidak rasional, takut, cemas, dan benci pada matematika
4. Faktor intelektual, kurang menguasai materi matematika itu sendiri.
5. Faktor pedagogis, yaitu kekurangan guru dalam hal penyampaian materi seperti metode mengajar yang kurang tepat dan materi yang tidak terstruktur
Langkah keempat adalah prognosis yaitu mengambil kesimpulan dan keputusan serta
memperkirakan kemungkinan penyembuhan. Prognosis terbagi menjadi dua kasus yaitu kasus kelompok yang megalami kesulitan belajar dalam jumlah banyak dan kasus individu. Dalam kasus kelompok, letak kemungkinan penyembuhannya antara lain :
1. Kurikulum
2. Sistem evaluasi
3. Sistem pengajaran
4. Keterbatasan guru
5. Faktor kondisional
Dalam kasus individual, letak kemungkinan penyembuhannya antara lain :
1. Organismik dalam diri siswa
2. Bakat khusus
3. Kesulitan mengubah kebiasaan belajar
4. Sikap dan minat kurang positif
5. Belum matang
Langkah kelima adalah rekomendasi/refferal yaitu membuat saran alternatif
pemecahan kesulitan belajar siswa. Yang nantinya akan disarankan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan permasalahan kesulitan belajar siswa.
Isi
Kesulitan Belajar Matematika Siswa SMA
A. Identifikasi kasus
Disini saya sudah menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, data dirinya ada dibawah ini.
Nama : Mita Zurrotuun Nisak
Kelas : 12 MIPA 5
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
Anak ke : 2
Jumlah saudara : 2
Data psikis
IQ : 115
Bakat khusus : Mengarang
Kepribadian : Introvert
Kebiasaan baik : Suka menabung, suka menolong teman yang meminta
bantuan untuk dijelaskan suatu materi teman
Kebiasaan yang salah : kurang teliti, tidak pernah mengoreksi jawaban yang
telah ditulis
Emosi : Labil dan takut disalahkan
Kebiasaan belajar matematika : Ketika belum paham selalu bertanya kepada teman
atau guru
Kelemahan materi matematika : Konsep pertidaksamaan
Data fisik
Kondisi secara umum : Sehat
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal
Riwayat Penyakit : Tifus
Data orang tua
Ayah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Petani
Usia : 48
Ibu
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu tumah tangga
Usia : 43
B. Identifikasi masalah
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Mita menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan nilai mutlak. Berikut ini adalah hasil identifikasi masalah menggunakan NEA.
1. Aspek membaca
Terlihat bahwa Mita dapat menuliskan simbol dengan benar, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek membaca.
2. Aspek memahami
Mita telah memahami soal, ditandai dengan mengetahui keinginan soal dengan cara menulis soal dengan benar.
3. Aspek transformasi
Terlihat bahwa Mita salah dalam menentukan rumus yang digunakan, berarti dia melakukan kesalahan pada aspek transformasi.
4. Aspek keterampilan proses
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek keterampilan proses, ditandai dengan menyelesaikan perhitungan soal dengan benar. Namun, karena pada aspek transformasi telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
5. Aspek penarikan kesimpulan
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek penarikan kesimpulan, ditandai dengan membuat daerah penyelesaian dengan benar. Namun, karena pada aspek transformasi telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Mita menyelesaikan permasalahan vektor basis. Berikut ini adalah hasil identifikasi masalah menggunakan NEA.
1. Aspek membaca
Terlihat bahwa Mita dapat menuliskan simbol dengan benar, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek membaca.
2. Aspek memahami
Mita telah memahami soal, ditandai dengan mengetahui keinginan soal dengan cara menulis soal dengan benar.
3. Aspek transformasi
Terlihat bahwa Mita telah benar dalam menentukan rumus yang digunakan, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek transformasi.
4. Aspek keterampilan proses
Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek keterampilan proses, ditandai dengan perhitungan soal yang benar.
5. Aspek penarikan kesimpulan
Mita melakukan kesalahan pada aspek penarikan kesimpulan, ditandai dengan membuat vektor basis yang berbeda dengan vektor hasil operasi.
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Mita menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan. Berikut ini adalah hasil identifikasi masalah menggunakan NEA.
1. Aspek membaca
Terlihat bahwa Mita dapat menuliskan simbol dengan benar, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek membaca.
2. Aspek memahami
Mita telah memahami soal, ditandai dengan mengetahui keinginan soal dengan cara menulis soal dengan benar.
3. Aspek transformasi
Terlihat bahwa Mita telah benar dalam menentukan rumus yang digunakan, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek transformasi.
4. Aspek keterampilan proses
Mita melakukan kesalahan pada aspek keterampilan proses, ditandai dengan penggunaan tanda “=” yang seharusnya menggunakan tanda “<”.
5. Aspek penarikan kesimpulan
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek penarikan kesimpulan, ditandai dengan membuat daerah penyelesaian dengan benar. Namun, karena pada aspek keterampilan proses telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Mita menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan bentuk akar. Berikut ini adalah hasil identifikasi masalah menggunakan NEA.
1. Aspek membaca
Terlihat bahwa Mita dapat menuliskan simbol dengan benar, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek membaca.
2. Aspek memahami
Mita salah dalam memahami soal, ditandai dengan tidak mengetahui keinginan soal atau sesuatu yang ditanyakan. Ia hanya menulis satu dari dua kemungkinan jawaban.
3. Aspek transformasi
Kesulitan Belajar Matematika Siswa SMA
Terlihat bahwa Mita salah dalam menentukan rumus yang digunakan, dikarenakan pada aspek memahami telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
4. Aspek keterampilan proses
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek keterampilan proses, ditandai dengan menyelesaikan perhitungan soal dengan benar. Namun, karena pada aspek memahami telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
5. Aspek penarikan kesimpulan
Mita melakukan kesalahan pada aspek penarikan kesimpulan, ditandai dengan tidak membuat daerah penyelesaian.
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Mita menyelesaikan permasalahan vektor basis. Berikut ini adalah hasil identifikasi masalah menggunakan NEA.
1. Aspek membaca
Terlihat bahwa Mita tidak dapat menuliskan simbol dan soal dengan benar, berarti dia melakukan kesalahan pada aspek membaca.
2. Aspek memahami
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek memahami. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
3. Aspek transformasi
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek transformasi. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
4. Aspek keterampilan proses
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek keterampilan proses. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
5. Aspek penarikan kesimpulan
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek penarikan kesimpulan. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Mita menyelesaikan permasalahan fungsi komposisi. Berikut ini adalah hasil identifikasi masalah menggunakan NEA.
A. Aspek membaca
Terlihat bahwa Mita dapat menuliskan simbol dengan benar, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek membaca.
B. Aspek memahami
Mita telah memahami soal, ditandai dengan mengetahui keinginan soal dengan cara menulis soal dengan benar.
C. Aspek transformasi
Terlihat bahwa Mita telah benar dalam menentukan rumus yang digunakan, berarti dia tidak melakukan kesalahan pada aspek transformasi.
D. Aspek keterampilan proses
Mita melakukan kesalahan pada aspek keterampilan proses, ditandai dengan kesalahan pada proses penjumlahan koefisien bervariabel x.
E. Aspek penarikan kesimpulan
Mita melakukan kesalahan pada aspek penarikan kesimpulan, karena pada aspek keterampilan proses telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
Pada gambar diatas, terlihat bahwa Mita menyelesaikan permasalahan fungsi. Berikut ini adalah hasil identifikasi masalah menggunakan NEA.
1. Aspek membaca
Terlihat bahwa Mita tidak dapat menuliskan simbol dan soal dengan benar, berarti dia melakukan kesalahan pada aspek membaca.
2. Aspek memahami
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek memahami. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
3. Aspek transformasi
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek transformasi. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
4. Aspek keterampilan proses
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek keterampilan proses. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
5. Aspek penarikan kesimpulan
Sebenarnya Mita tidak melakukan kesalahan pada aspek penarikan kesimpulan. Namun, karena pada aspek membaca telah salah, sehingga aspek setelahnya secara otomatis juga akan salah.
C. Identifikasi faktor penyebab
Faktor dalam diri siswa
a. Kelemahan secara fisik : -
b. Kelemahan mental : labil
c. Kelemahan emosional : takut disalahkan
d. Kebiasaan yang salah : kurang teliti, tidak pernah mengoreksi jawaban
yang telah ditulis
e. Kelemahan keterampilan dasar : konsep pertidaksamaan
Faktor diluar diri siswa
Faktor keluarga : orang tua senantiasa mengingatkan untuk
belajar dan mengerjakan pr terutama ibu
Faktor sekolah : kurang pergaulan, beeteman dengan beberapa
orang saja
Faktor di luar sekolah : -
Faktor situasional : suasana yang hati yang kurang stabil atau labil
D. Prognosis
Berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor yang di duga dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, diperoleh kesimpulan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep, kurang teliti dalam membaca dan menulis, suasana hati yang tidak stabil,
2. Berdasarkan mengenai kesimpulan mengenai faktor kesulitan belajar tersebut, diputuskan bahwa penyebab utamanya adalah kurang teliti dalam membaca dan menulis
3. Alternatif penyembuhan yang disarankan adalah sering melakukan meditasi, mendengarkan musik klasik, fokus hanya pada satu masalah, beristarahat dan berolahraga rutin, berdoa.
E. Rekomendasi/reffreal
Untuk membantu siswa tersebut disarankan hal-hal sebagai berikut :
NO | Faktor penyebab | Solusi | Pihak yang membantu | Waktu |
1 | Labil | Fokus hanya pada satu masalah, bersabar | Orang tua | Ketika sedang di rumah |
2 | Kurang pergaulan | Lebih membuka diri dan bersikap ramah terhadap orang lain | Teman | Ketika sedang di sekolah |
3 | Takut disalahkan | Menerima dan berdamai dengan kekurangan, menanamkan konsep bahwa melakukan kesalahan bukan masalah yang besar asalkan tidak berulang | Orang tua | Ketika sedang di rumah |
Penutup
Semua kesulitan pasti ada solusinya asalkan memiliki kemauan untuk mencarinya. Begitu juga dengan kesulitan belajar, pasti ada solusinya dan salah satu cara menemukan solusinya adalah diagnosis kesulitan belajar menggunakan NEA. NEA sangat cocok untuk mendiagnosis kesulitan belajar matematika terutama pada soal uraian. Dengan mendiagnosis kesulitan belajar siswa, guru dapat mengetahui langkah yang benar untuk memperbaiki performa belajar siswanya. Berkat adanya diagnosis, guru memiliki dasar dalam mengambil keputusan, bukan sekedar dugaan semata-mata.
Mita siswa kelas 12 IPS mengalami kesulitan belajar matematika. Hal ini terlihat dalam cara dia menyelesaikan permasalahan matematika pada sola uraian. Setelah diidentifikasi menggunakan NEA, Mita memiliki kesulitan belajar matematika berupa kekurangan pemahaman konsep, kurang teliti dalam membaca dan menulis, suasana hati yang sering tidak stabil. Setelah diteliti lebih lanjut, penyebab kesulitan belajar matematika Mita yang utama adalah kurang teliti dalam menulis dan membaca. Sehingga disarankan agar mita melatih diri untuk fokus pada satu hal dan melakukan meditasi agar lebih tenang.
Lampiran
Kesulitan Belajar Matematika Siswa SMA
Belum ada tanggapan untuk "Kesulitan Belajar Matematika Siswa SMA"
Post a Comment