kesulitan mengerjakan tugas? saya siap membantu, silahkan wa 082257518802

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN, DESAIN PENELITIAN LENGKAP





UNTUK LEBIH JELASNYA, DOWNLOAD PDF DISINI

0
METODOLOGI PENELITIAN
EKSPERIMEN
Oleh :
Amat Jaedun
Fakultas Teknik UNY
Ka. Puslit Dikdasmen, Lemlit UNY
Email: a_jaedun@yahoo.com
Makalah Disampaikan Pada Kegiatan In Service I
Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, yang Diselenggarakan oleh LPMP
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tanggal 20 – 23 Juni 2011
1
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Oleh:
Amat Jaedun
Puslit Dikdasmen, Lemlit UNY
Menurut tujuannya, riset diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) riset dasar
(pure research atau basic research); dan (2) riset terapan (applied research), yang
dibagi menjadi: (a) riset evaluasi (evaluation research); (b) riset pengembangan
(research and development atau R & D); dan (c) riset aksi (penelitian tindakan).
RISET DASAR
Secara epistemologis, metodologi riset barkaitan dengan pembahasan
mengenai bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Dalam riset dasar, dikenal dua
kelompok paradigma yang dominan, yaitu: (1) paradigma positivistik (metode
kuantitatif); dan (2) paradigma fenomenologis/interpretif (metode kualitatif).
Paradigma positivistik menggunakan proses riset yang konvensional-linier,
yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) fenomena-fenomena sosial/
pendidikan diamati secara parsial, yaitu dengan cara mereduksi sejumlah variabel
yang dianggap kurang penting dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang
dimaksud; (2) berpandangan bahwa fenomena-fenomena kehidupan manusia di
lingkungan sosialnya bersifat mekanistik dan berlaku universal; (3) proses riset
menggunakan logika berpikir rasional dan deduktif; (4) menekankan pada uji
hipotesis dan mengejar generalisasi; (5) fenomena-fenomena yang diamati sifatnya
teratur/tidak random, sehingga dapat diprediksikan; (6) berpandangan bahwa teori
bebas nilai dan menganut kebenaran tunggal (nomotetis); dan (7) memisahkan teori
dan praktik.
Di lain pihak, paradigma fenomenologis (interpretif) dalam praktik
pelaksanaan riset sering dianggap sebagai proses riset yang bersifat siklikal,
berpandangan bahwa realitas (fenomena) tidak tunggal, tetapi bersifat jamak
(plural). Tujuan utama riset fenomenologis adalah untuk memperoleh pemahanan
terhadap makna (meaning), karena menurut pandangan fenomenologis fenomena
(perilaku) yang sama akan mempunyai makna yang berbeda pada konteks kultural
yang berbeda. Di dalam mengembangkan pemahaman makna terhadap fenomena
2
tersebut, riset fenomenologi mendasarkan pada gambaran apa adanya menurut
interpretasi subyek (folk model).
Paradigma positivistik, atau yang lebih dikenal dengan penelitian kuantitatif
merupakan pendekatan yang paling banyak dikenal dalam penelitian berbagai
bidang ilmu, termasuk pendidikan, karena merupakan pendekatan yang paling tua.
Pendekatan ini diadopsi dari penelitian ilmu-ilmu keras (hard-science), seperti Fisika
dan Biologi, yang kemudian diterapkan pada bidang-bidang lain, termasuk bidang
sosial dan pendidikan. Pendekatan ini mendasarkan pada suatu asumsi nomotetis,
yaitu bahwa sesuatu kebenaran itu tunggal dan akan berlaku di manapun tanpa
terikat dengan konteks eko-kulturnya. Paradigma ini telah mewarnai berbagai
kebijakan peningkatan mutu pendidikan kita selama ini.
Paradigma fenomenologis, atau yang lebih dikenal dengan penelitian kualitatif
datang di Indonesia lebih belakangan dibanding paradigma positivistik, sehingga
kehadirannya banyak menghadapi tantangan dari kubu positivistik. Paradigma ini
berpandangan bahwa kebenaran itu tidak tunggal, tetapi dialektik, yang akan sangat
tergantung pada konteks dan kultur masyarakat. Ciri lain dari penelitian ini adalah
bahwa pengamatannya dilakukan pada skopa yang sempit tetapi mendalam.
RISET TERAPAN
Riset terapan, merupakan riset untuk menguji dan menerapkan teori untuk
pemecahan permasalahan yang riil, mengembangkan dan menghasilkan produk, dan
memperoleh informasi untuk dasar dalam pembuatan keputusan.
Penelitian terapan (applied research) dan penelitian dasar (pure research)
mempunyai perbedaan dalam orientasi atau tujuan penelitian. Basic research
bertujuan untuk menguji dan mengakumulasikan teori, sehingga menekankan
standar keilmuan yang tinggi dan berusaha memperoleh hasil yang valid menurut
ukuran metode ilmiah.
Sementara itu, penelitian terapan menekankan pada kemanfaatan secara
praktis hasil penelitian untuk mengatasi masalah yang kongkrit, serta menemukan
produk baru yang bermanfaat bagi kehidupan. Selain itu, applied research juga
dapat memberikan manfaat langsung untuk mengambil keputusan seperti keputusan
untuk memulai sebuah program baru, menghentikan, memperbaiki atau mengganti
program yang sedang berjalan.
3
1. Riset Pengembangan
Riset pengembangan atau Research and Development (R & D), bertujuan
untuk mengembangkan, menguji kemanfaatan dan efektivitas produk (model) yang
dikembang-kan, baik produk teknologi, material, organisasi, metode, alat-alat dan
sebagainya.
Sebagai riset terapan, riset pengembangan bertujuan bukan untuk
menghasilkan teori. Oleh karena itu, dalam penelitian pengembangan sangat
dimungkinkan untuk menggunakan multi pendekatan dan multi metode.
2. Riset Aksi (Penelitian Tindakan)
Riset aksi (penelitian tindakan) mendasarkan pada paradigma teori kritis. Para
penganut paradigma teori kritis berusaha untuk mempersatukan teori dan praksis.
Mereka pada umumnya memilih bidang garapan yang bersifat advokatif dan
pemberdayaan (empowering). Di kalangan penganut teori kritis, teori deskriptif
sebagaimana yang telah dikembangkan oleh para penganut positivistik itu keliru,
karena tidak memiliki dampak apapun terhadap usaha perbaikan praktik-praktik
pendidikan ataupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Riset Evaluasi
Riset evaluasi merupakan salah satu bentuk dari penelitian terapan (applied
research). Oleh karena itu, dibandingkan dengan jenis penelitian terapan yang lain,
riset evaluasi mempunyai kesamaan, baik dalam pemilihan pendekatan, metodologi,
penentuan subyek, sampling maupun prosedur risetnya. Kegiatan riset (riset
konvensional) dan riset evaluasi mempunyai tujuan yang berbeda. Riset
konvensional bersifat conclusion oriented (berorientasi pada kesimpulan), sedangkan
riset evaluasi mempunyai ciri decision oriented, yaitu bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan akan informasi/data sebagai dasar dalam pengambilan keputusan/
perumusan kebijakan.
PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode penelitian eksperimen pada umumnya digunakan dalam penelitian yang
bersifat laboratoris. Namun, bukan berarti bahwa pendekatan ini tidak dapat
digunakan dalam penelitian sosial, termasuk penelitian pendidikan. Jadi, penelitian
eksperimen yang mendasarkan pada paradigma positivistik pada awalnya memang
4
banyak diterapkan pada penelitian ilmu-ilmu keras (hard-science), seperti biologi dan
Fisika, yang kemudian diadopsi untuk diterapkan pada bidang-bidang lain, termasuk
bidang sosial dan pendidikan.
Pada dasarnya, pada semua penelitian dengan menggunakan paradigma
positivistik, akan menghadapi dua pertanyaan besar, yaitu: (1) apakah hasil
penelitian ini benar atau dapat dipercaya?; dan (2) apakah kita dapat
menggeneralisasikan hasil penelitian ini kepada sejumlah subyek yang kondisinya
dianggap sama dengan subyek yang kita teliti ?
Permasalahan nomor (1) adalah berkaitan dengan validitas internal suatu hasil
penelitian, sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan nomor (2)
menyangkut validitas eksternal suatu hasil penelitian. Penelitian eksperimen pada
umumnya lebih menekankan pada pemenuhan validitas internal, yaitu dengan cara
mengontrol/mengendalikan/mengeliminir pengaruh faktor-faktor di luar yang
dieksperimenkan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
Adapun faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal suatu hasil
penelitian eksperimen antara lain:
1. History, yaitu kejadian-kejadian tertentu yang terjadi antara pengukuran
pertama (pretest) dan kedua (post-test), selain variabel-variabel yang
dieksperimenkan (treatment).
2. Maturation (kematangan), yaitu: proses perubahan (kematangan) di dalam
diri subyek yang terjadi selama berlangsungnya eksperimen (misal: makin
trampil, makin lelah/jenuh dsb). Untuk mengatasi hal ini adalah dengan
mendisain eksperimen yang tidak terlalu lama.
3. Efek Testing, yaitu efek yang ditimbulkan hasil pengukuran pertama (pretest)
terhadap hasil pengukuran kedua (post-test). Cara mengatasinya adalah
dengan tidak memberikan pre-test.

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN, DESAIN PENELITIAN LENGKAP

4. Instrumentation, yaitu efek yang ditimbulkan akibat perubahan cara
pengukuran, perubahan pengamat, yang dapat membuat perubahan hasil
pengukuran.
5. Selection, yaitu adanya bias di dalam menentukan/memilih responden/subyek
untuk kelompok eksperimen (atau kelompok yang diberikan perlakuan) dan
kelompok control/pembanding.
6. Statistical regression, yaitu bahwa kelompok yang dipilih berdasarkan skor
yang ekstrim cenderung akan meregres ke rerata populasi.
5
7. Mortality, yaitu kehilangan subyek, baik pada kelompok eksperimen maupun
kelompok pembading, yaitu adanya pengurangan subyek ketika dilakukan
pengukuran terhadap dampak eksperimen/perlakuan.
Borg & Gall (1983), menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang paling dapat diandalkan keilmiahannya (paling valid), karena
dilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabel-variabel pengganggu
di luar yang dieksperimenkan.
Menurut Emmory, penelitian eksperimen merupakan bentuk khusus investigasi
yang digunakan untuk menentukan variabel-variabel apa saja dan bagaimana bentuk
hubungan antara satu dengan yang lainnya. Menurut konsep klasik, eksperimen
merupakan penelitian untuk menentukan pengaruh variabel perlakuan (independent
variable) terhadap variabel dampak (dependent variable).
Definisi lain menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu dilakukan
proses manipulasi melalui pemberian treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek
penelitian yang kemudian diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang).
Penelitian eksperimen juga merupakan penelitian yang dilakukan secara sengaja
oleh peneliti dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek
penelitian guna membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti
bagaimana akibatnya.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian kausal (sebab akibat) yang pembuktiannya diperoleh melalui komparasi/perbandingan antara :
a. Kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (yang
tidak diberikan perlakuan); atau
b. Kondisi subjek sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan.
Penggunaan metode penelitian eksperimen pada penelitian sosial dan
pendidikan akan dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut subyek
penelitian. Dalam hal ini, penggunaan metode eksperimen ini akan menjadi sangat
rumit mengingat obyek yang diteliti menyangkut interaksi manusia dengan
lingkungan, atau interaksi antar manusia itu sendiri. Selain itu, tidak mudah untuk
mencari orang yang bersedia dengan sukarela menjadi subyek dari penelitian
eksperimen ("kelinci percobaan").
6
Di lain pihak, penelitian eksperimen yang dilakukan di dalam kelas oleh guru
terhadap siswanya atau sebagai penelitian kelas, juga akan menghadapi persoalan
validitas hasil penelitian. Dalam hal ini, guru sebagai peneliti akan dihadapkan pada
persoalan apakah dia bisa bersikap obyektif, mengingat sebagai peneliti dia juga
sebagai manusia yang berinteraksi dengan subyek yang diteliti, yaitu siswanya
sendiri.
Karakteristik Penelitian Eksperimen:
Berikut ini disajikan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yang
membedakan dengan penelitian positivistik lainnya, yaitu:
1. Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang dianggap
paling dapat menguji hipotesis hubungan sebab-akibat, atau paling dapat
memenuhi validitas internal.
2. Metode eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan
pengujian hipotesis yang paling ketat dibanding jenis penelitian yang lain.
3. Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap dampaknya dalam kondisi yang terkendalikan.
4. Ciri khas yg membedakan penelitian eksperimen dg penelitian yg lain:
a. Satu atau lebih variabel bebas dimanipulasi (kondisinya dibuat berbeda,
misal: treatment dan non-treatment
b. Semua variabel lainnya, kecuali variabel perlakuan (variabel bebas),
dikendalikan (dipertahankan tetap).
c. Pengaruh manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan) terhadap variabel
terikat diamati, dengan asumsi karena diberi perlakuan yang berbeda maka
akan berdampak yang berbeda pula.
d. Adanya komparasi, sehingga perlu penyamaan antara kelompok yang akan
dikenai perlakuan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (dua
kelompok yang akan dibandingkan tersebut harus komparabel).
Ruang Lingkup Penelitian Eksperimen:
1. Sebagian besar eksperimen dalam bidang pendidikan pada umumnya
dilakukan dalam rangka melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu, biasanya berkaitan dengan usaha untuk
7
menguji pengaruh materi, media, metode, atau praktik pendidikan yang baru
terhadap hasil belajar siswa.
2. Rancangan penelitian eksperimen pada umumnya, menggunakan variabel
tunggal:
a. satu variabel perlakuan dimanipulasikan (dibuat kondisinya berbeda),
selanjutnya diamati akibat/danpak dari perlakuan tersebut terhadap 1
atau lebih variabel tergantung.
b. Variabel yang dimanipulasikan disebut: variabel perlakuan, variabel
treatment, variabel eksperimen, atau variabel independen.
c. Variabel yang merupakan akibat/dampak disebut: variabel tergantung,
variabel dependen, atau variabel dampak.
d. Masalah pokok: menentukan kelompok kontrol (pembanding) yang
sebanding (komparabel); dan membuat konstan (mengontrol/
mengendalikan) variabel-variabel non-eksperimental yang dapat
mempengaruhi variabel dampak.
Pengertian Variabel:
Variabel, adalah gejala atau fakta (data) yang harganya berubah-berubah atau
bervariasi. Berikut ini dijelaskan jenis-jenis variabel yang termasuk dalam penelitian
eksperimen, yaitu:
1. Variabel Bebas/independen (variabel perlakuan/eksperimen)  merupakan
variabel yang akan dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat/dependen, atau
variabel dampak.
2. Variabel Terikat/dependen (variabel dampak)  merupakan variabel
hasil/dampak/akibat dari variabel bebas/perlakuan.
Variabel terikat  umumnya menjadi tujuan penelitian, sumber masalah, yang
ingin ditingkatkan kualitasnya.
3. Variabel Kontrol (Pengendali)  variabel yang berpengaruh terhadap variabel
terikat, tetapi pengaruhnya ditiadakan/dikendalikan dengan cara dikontrol
(diisolasi) pengaruhnya. Pengontrolan dapat dilakukan melalui pengembangan
disain penelitiannya (kondisinya dibuat sama) atau secara statistik tertentu.
4. Variabel Moderator  variabel yang mempengaruhi tingkat hubungan
(pengaruh) variabel bebas terhadap variabel terikat. Atau hubungan/pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat memiliki nilai yang berbeda pada level
yang berbeda.
8
Prosedur Penelitian Eksperimen:
Langkah-langkah penelitian eksperimen pada dasarnya sama dengan jenis penelitian
positivistik yang lain, yaitu:
1. Memilih dan merumuskan masalah, termasuk akan menguji-cobakan perlakuan
apa, dampak dampak apa yang ingin dilihat.
2. Memilih subyek yang akan dikenai perlakuan dan subyek yang tidak dikenai
perlakuan.
3. Memilih disain penelitian eksperimen.
4. Mengembangkan instrumen pengukuran (instrumen untuk mengumpulkan data)
5. Melaksanakan prosedur penelitian dan pengumpulan data.
6. Menganalisis data
7. Perumusan kesimpulan
Langkah Operasional Penelitian :
Sebelum peneliti mulai “on action” maka peneliti perlu melakukan:
1. Membentuk atau memilih kelompok-kelompok (kelompok yang dikenai
perlakuan dan kelompok pembanding/kelompok kontrol).
2. Memperkirakan apa yang akan terjadi pada setiap kelompok.
3. Mencoba mengontrol semua faktor lain di luar perubahan yang direncanakan.
4. Mengamati atau mengukur efek pada kelompok-kelompok setelah perlakuan
berakhir.
5. Penelitian eksperimen adalah penelitian untuk menguji hipotesis. Setidaktidaknya dengan 1 hipotesis  hubungan sebab-akibat dari 2 variabel, yaitu
variabel perlakuan dan variabel dampak.
6. Penelitian eksperimen yang paling sederhana biasanya melibatkan 2
kelompok, yaitu: (1) Kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang dikenai
perlakuan tertentu, dan (2) Kelompok kontrol atau kelompok pembanding,
yaitu kelompok yang tidak dikenai perlakuan.
7. Kelompok eksperimen menerima treatmen yang baru, suatu treatmen yang
sedang diselidiki, sedangkan Kelompok kontrol menerima treatmen yang
berbeda atau diberi treatmen seperti biasa.
8. Dua kelompok yang akan dibandingkan, yaitu kelompok yang menerima
treatmen dan kelompok yang tidak dikenai treatmen harus disetarakan
terlebih dahulu, agar dapat dipastikan bahwa adanya perbedaan pada
9
variabel terikat semata-mata karena pengaruh perlakuan yang diberikan
bukan karena memang sejak awalnya sudah berbeda.
9. Cara Penyetaraan yang dapat dilakukan:

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN, DESAIN PENELITIAN LENGKAP

a. Membuat berpasang-pasangan (matching), misal: siswa yang nilai
awalnya sama dikelompokkan berpasang-pasangan pada kelompok yang
berbeda.
b. Penugasan secara random (random assignment), yaitu menempatkan
subyek baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding
dengan cara diundi (dirandom), atau tidak dipilih-pilih.
c. Kesulitan yang terjadi adalah tidak memungkinkan (sulit) mengelompokkan siswa secara bebas, dan terpisah dari rombelnya, karena
akan merusak sistem yang telah berjalan. Sehingga sampelnya apa
adanya, atau disebut intax sampel.
Disain Penelitian Eksperimen:
Disain eksperimen yang dipilih terkait erat dengan tingkat validitas hasil penelitian
yang akan diperoleh. Namun demikian, pada penelitian eksperimen di kelas
pembelajaran, akan banyak menghadapi berbagai keterbatasan, antara lain:
1. Kesulitan untuk mengelompokkan siswa secara bebas sesuai keinginan peneliti,
yaitu melakukan matching atau penugasan secara random, sehingga sulit
memperoleh dua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) yang
benar-benar sebanding (komparabel).
2. Penelitian eksperimen di kelas pada umumnya hanya dapat menggunakan kelas
atau kelompok siswa apa adanya, sehingga sampelnya disebut intax sample.
3. Kendala-kendala yang terkait dengan kejujuran dan keobyektifan guru dalam
mengukur dampak perlakuan (hasil belajar).
4. Kendala untuk mengendalikan factor-faktor (variabel) yang dapat mempengaruhi
hasil eksperimen, misal: interaksi siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak mungkin dicegah, dsb.
Berikut ini disajikan beberapa jenis disain penelitian eksperimen yang dapat dipilih:
1. Desain Pra-Eksperimental (Pre-ED)  Single Group Design
 Studi kasus 1 tembakan (one shot case study)
 Pretest – postest satu kelompok
 Disain rangkaian waktu (Time-series design)
10
2. Desain Eksperimen Sebenarnya (True-ED)
 Desain kelompok kontrol pretest-postest
 Desain kelompok kontrol hanya postest
 Desain solomon 4 kelompok
3. Desain Eksperimental Semu (Quasi-ED)
 Desain pretest-postest tak ekuivalen
 Desain perbandingan kelompok statis
 Desain berimbang
a. One shot case study : X (treatmen) O (observasi)
Misal: “Pengaruh metode simulasi (X) terhadap pemahaman konsep (O)”
b. Pretest–postest satu kelompok: O1 X O2
c. Desain rangkaian waktu (time-series):
O1 O2 O3 O4 X1 O5 O6 O7 O8
d. Desain kelompok kontrol pretest-postest:
Pretes Treatmen Postes
Kontrol R O1 X1 O2
Eksp R O3 X2 O4
e. Desain kelompok kontrol hanya postest:
Pretes Treatmen Postes
Kontrol R -- X1 O2
Eksp R -- X1 O2
f. Desain solomon 4 kelompok:
Pretes Treatmen Postes
Pretested R O1 X1 O2
Pretested R O3 X2 O4
Unpretested R -- X3 O5
Unpretested R -- X4 O6
11
g. Desain pretest-postest tak ekuivalen:
O1 X1 O2
O3 X2 O4
h. Perbandingan kelompok statis: X1 O1
X2 O2
i. Desain berimbang:
Setiap kelompok menerima semua treatmen namun pada urutan yg berbeda
PENUTUP
1. Penyusunan PROPOSAL maupun penulisan LAPORAN PENELITIAN
EKSPERIMEN sama dengan jenis penelitian kuantitatif yang lain; harus jelas
dan tegas variabel eksperimen maupun dampaknya, agar jelas pula rumusan
hipotesis yang diajukan.
2. Analisis data dalam penelitian eksperimen adalah analisis data untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan, biasanya menggunakan analisis perbandingan (komparasi) hasil eksperimen antara kelompok eksperimen
(kelompok yang dikenai treatment) dengan kelompok pembanding atau
kelompok kontrol (yang dikenai treatmen berbeda atau treatmen yang biasa).
3. Meskipun uraian mengenai metode penelitian eksperimen di atas kelihatan
sangat rumit, tetapi untuk penelitian eksperimen di dalam kelas yang
dilakukan oleh guru untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran,
tidak harus memenuhi aturan-aturan yang rigid seperti di atas.
4. Sekalipun metode eksperimen sebagai pendekatan yang ideal bagi
pemecahan masalah-masalah pendidikan (termasuk masalah-masalah
pembelajaran di kelas), namun harus kita ingat bahwa banyak persoalan
penting dalam pendidikan yang tidak dapat dipecahkan dengan
eksperimentasi.
Selamat Mencoba !
12
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction. Fourth Edition.
New York: Longman.
Cook, T.D. & Campbell, D.T. (1979). Quasi-Experimentation: Design and analysis issues
for field settings. Chicago: Rand Mcnally College Publishing Company.
Fernades, H.J.X. (1984). Evaluation of educational programs. Jakarta: National
Education Planning, Evaluation and Cultural Development.
Nisbet, J. (1981). The impact of research on policy and practice in education.
International Review Education, 2 (2), pp. 101 – 104.
Scriven, M. (1967). The methodology of evaluation. Chicago: Rand Mc.Nally.
Stufflebeam, D.L. (1971). Evaluation as enlightment for decisiĆ³n making. Columbus,
Ohio: Ohio State University.
Tuckman, B.W. (1978). Conducting educational research. Second Edition. New York:
Harcourt Brace Javanovich, Inc.
Worthen, B.R. & Sanders, J.R. (1973). Educational evaluation: theory and practice.
California: Wadsworth Publishing Company, Inc.

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN, DESAIN PENELITIAN LENGKAP

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "METODE PENELITIAN EKSPERIMEN, DESAIN PENELITIAN LENGKAP"

Post a Comment